Minggu, 27 November 2016

Kembali Pulang

Ada hal yang tak bisa diungkapkan dengan kata
Ada kata yang tak bisa mewakili setiap perasaan
Perasaan itu saat aku bersamamu, bersama kalian
Saat ku berada disini, ditempat ini
Ada rasa yang sulit aku gambarkan kenyamanannya

Andai kau adalah hujan
Aku akan menjadi pelanginya
Andai kau adalah bumi
Aku akan menjadi mentarinya

Aku ingin mewarnai dunia bersamamu
Aku ingin menggapai bintang bersamamu
Saat kau terjatuh, pakai pundakku untukmu bersandar
Jangan merasa kau sendiri dan bersedih
Karena akan ada aku, kamu, dan kita
Aku ingin menjadi teman seperti apa yang kita harapkan

Hal yang tidak bisa dibayangkan
Dimana salah satu tempat yang membuatku nyaman tanpa syarat
Memori indah dan duka ku rasakan sepenuhnya ditempat ini
Kenangan yang tidak akan bisa kulupakan seutuhnya

Karena kita adalah keluarga
Kata indah dan penuh makna
Dan karena cinta kita tau kemana arah kembali pulang.......



Created: Mutiara dan Istianah

Selasa, 25 Oktober 2016

Dua Orang

Kita adalah dua orang yang saling menyayangi, dua orang yang saling peduli, dua orang yang saling menjaga, dua orang yang saling membutuhkan, dua orang yang saling melengkapi, dua orang yang saling menyemangati, dua orang yang saling membahagiakan satu sama lain, dua orang yang dengan sabar menghadapi tingkah laku satu sama lain, dua orang yang sedang berusaha untuk saling memahami, dua orang yang mencoba untuk sama-sama menerima kekurangan dan kelebihan, dua orang yang menemani disaat suka ataupun duka.

Namun kita juga dua orang yang berbeda, dua orang yang keras kepala, dua orang yang memiliki keinginan berbeda, dua orang yang selalu berdebat, dua orang yang memiliki sifat yang bertolak belakang, dua orang yang berbeda suku, dua orang yang berbeda kesibukan aktifitas, dua orang yang memiliki gengsi tinggi, dua orang yang tak mau mengalah, dua orang yang selalu ingin menang, dan dua orang yang saling menyakiti satu sama lain.

Entah penyebab yang mankah yang membuat kita menjadi dua orang yang saling menyakiti.

Ini hati bukan bola yang bisa dimainin, bukan bola yang bisa dioper kesana kesini, bukan bola yang bisa ditendang, bukan pula bola yang bisa dilempar dari ketinggian lalu kemudian jatuh.
Kita memilih untuk berpisah, mengakhiri perjalanan yang seharusnya masih bisa diperbaiki tanpa ada rasa gengsi. Kita tau kita masih ingin berpegangan satu sama lain, kita sadar kita masih saling menyayangi. Kita tau dan sadar namun yang dilakukan hanya diam. Memberikan penjelasan seadanya, tak ada kejujuran yang terungkap dengan terang. Kita berpisah dijalanan yang gelap, kau entah berjalan kearah mana, dan aku entah berjalan kemana. Kita tak saling mengetahui kemanan kaki kita melangkah, kita hanya mengikuti ego, bukan rasa. Logika yang tak pernah dianggap kini muncul perlahan mencoba menerka-nerka apa ini adalah sebuah keputusan yang benar untuk kita berdua?

Semoga suatu saat nanti, cepat atau lambat kita akan mengetahui jawabannya setelah kita sama-sama bisa berdamai dengan hati kita. Mengikhlaskan semua kenangan yang pernah terukir terkubur bersama serpihan hati yang tersakiti untuk dapat membuka lembaran baru dengan hati yang damai. Semoga kau bahagia dengan dia yang menjadi pilihanmu, dan aku pun begitu bahagia dengan seseorang yang memilihku sebagai pendampingnya. Ini adalah harapanku yang terakhir, semoga kita tak perlu saling membenci, tetap menjalin hubungan pertemanan dengan baik.

Sabtu, 22 Oktober 2016

"Kita itu Seperti"

Kita itu seperti
Seperti bintang dan matahari
Saling melengkapi tapi tak pernah bersama


Kita itu seperti
Seperti siang dan malam
Saling memahami tapi tak pernah dipersatukan

Kita itu seperti
Seperti bunga mawar dan duri
Indah namun bisa menyakitkan

Seperti itulah kita    



-AL-

Kamis, 21 Juli 2016

Berhenti? Berbalik arah? atau Terus melangkah?

Aku menyiksa diri dan hatiku sendiri. Aku yang memaksa diri untuk terus berjalan. Aku yang memaksa hati masuk terlalu dalam. Hingga akhirnya aku terjebak ditengah-tengah lautan emosi.
Terjebak dalam kenestapaan.
Aku harus bagaimana?
Berhentikah? Berbalik arah? Atau tetap melagkah?

Jika aku memilih berhenti, maka harus ada yang kupilih setelahnya.
Bila aku berbalik arah, aku harus siap malu, aku harus siap dicecar oleh sederet pertanyaan yang akan semakin mengingatkanku pada peristiwa itu, dan aku harus siap menerima setiap perlakuan yang tak sama lagi seperti dulu, karena akupun sadar semua tak akan sama lagi, semua telah berubah. Dan itu namanya kesalahan. Kesalahan terbodohku.

Dan bila aku memilih memaksa untuk tetap melangkah. Itu artinya aku harus siap berjalan tanpa alas kaki dibawah terik matahari, harus siap menangis tanpa airmata ditengah hujan, harus siap tersenyum dalam pedih, harus tetap tertawa dalam keterpurukan, harus rela mengalah, dan satu hal lagi aku harus rela bila akhirnya dipenghujung jalan nanti tak kudapati apa yang aku impikan. Walau dalam perjalanannya aku sudah bisa menduga kalau ini akan meyulitkan ku dan menghancurkan setiap keping hatiku. Tapi aku rela, jika itu membuatmu bahagia. Tertawa dan tersenyum ketika bersamaku. Karena inginku yang sederhana hanyalah itu. Kau bisa nyaman bersamaku. Masalah sakit hati ini biarlah aku yang merasakan dan mengatasinya. Kamu hanya cukup mengertinya saja.


-Teruntuk kamu yang mengisi hatiku dengan tawa yang dibalut luka-

Minggu, 10 Juli 2016

Ini sudah larut, Aku harus pulang

Aku tau aku yang salah
Dari awal aku yang mempersilahkan
Lantas aku pula yang terlalu tergesa gesa masuk
Kemudian berjalan nyaman terlalu jauh
Hingga pada akhirnya aku tersesat
Tak kutemukan jalan untuk kembali

Ruang ini terlalu gelap untuk ku melangkah
Aku tak bisa melihat jalan dengan jelas
Aku butuh sesuatu yang dapat menuntunku
Aku benar-benar terjebak

Aku terjebak dalam perjalananku sendiri
Terlalu sulit untuk mengakhirinya
Nyatanya ini terlalu menyakitkan
Hingga membuat sesak dadaku
Menjatuhkan butiran air mataku

Berikan aku ruang untuk memikirkan jalan kembali
Tanpa harus membawa rasa penyesalan
Tanpa harus menggoreskan luka dan tersakiti
Ini sudah larut, aku harus pulang


Minggu, 03 Juli 2016

Juni Telah Berlalu

Seperti langit setelah hujan
Kau adalah pelangi
Seperti langit setelah malam
Kau adalah mentari
Seperti lagit setelah senja
Kau adalah bintang

Hadir disaat yang tepat
Tepat saat bergantinya hari
Hari yang baru dengan cerita baru
Dan kau ada didalam ceritanya

Juni telah berlalu
Cerita kitapun tetap bersemi
Mengisi setiap lembaran-lembaran
Dan setiap barisnya masih tentangmu



Rabu, 29 Juni 2016

Heartbreak

Waktu itu gue pernah ngalamin yang namanya nangis tiba-tiba tanpa ada alasan yang pasti. Entah kenapa waktu itu gue sedih banget sampe nangis, tapi enggak tau karena sebab apa gue bisa ngerasa sedih sampe nangis. Sebenernya pernah beberapa kali gue ngalamin hal yang sama. Tiba-tiba ditengah perjalanan pulang kampus entah kenapa tiba-tiba air mata gue netes gitu aja. Gue sampe heran sendiri, ini ada apasih sama perasaan gue? Kayaknya waktu itu pun masalah gue nggak terlalu berat dan masih bisa gue tanganin. Air mata yang tiba-tiba keluar gitu aja, dan perasaan gue pun yang mendadak sedih banget, gue sampe mikirin penyebab kenapa gue tiba-tiba mendadak sedih sampe ngeluarin air mata. So, sampe sekarang perkara itu nggak terjawab. Yasudahlah yaa gue abaikan saja.

Dan kali ini, gue punya masalah, gue pengen banget nangis tapi air mata gue nggak bisa keluar. Perasaan gue yang nggak karuan, sedih, berantakan, semuanyalah campur aduk. Rasanya gue pengen nangis sambil mukulin samsak. Tapi apa? Nggak bisa. Susah banget buat gue nangis padahal siapapun yang lagi ngadepin masalah kayak gue ini pasti bikin nangis seharian. Entahlah kenapa bisa seperti ini, kayak ada yang nahan diri gue buat nggak gampang nangis, hati kecil gue kayak ngedoktrin diri gue buat tegar. Mungkin lebih tepatnya sok tegar kali yaa, biar nggak keliatan lemah banget didepan orang-orang. Tapi emang gue kuat ko. Hahaha.

Semoga ini adalah kebodohan, kecerobohan, kesalahan yang gue lakuin untuk pertama dan terakhir kalinya. Udah cukup biar gue yang menikmati rasa penyesalan ini. Gue nggak mau orang-orang yang sayang sama gue dan orang-orang yang gue sayangin itu sedih, kecewa akibat dari kebodohan yang gue lakuin. Biar rasa penyesalan ini gue telen sendiri. Gue juga nggak berharap buat mengulang semuanya dari awal, cukup maaf yang gue harapkan saat ini. Karena dengan maaf dari orang yang kita kecewakan itu setidaknya bisa mebuat hidup kita lebih baik.

Dan sekarang, gue akan mulai pelan-pelan menata hati gue kembali. Walau gue tau entah sampai kapan hati yang retak, berantakan akan kembali utuh.

Kamis, 09 Juni 2016

Kau adalah Api

Inilah aku yang mengaku tak perduli
Tapi diam2 masih memperhatikanmu
Inilah aku yang mencoba untuk melupakan
Tapi dalam pekat malam masih mengingatmu
Inilah aku yang sedang membencimu
Tapi masih saja menulis sajak tentangmu  
Inilah aku yang ternyata masih tak bisa berbohong
Mengenai apa yang sedang aku lakukan ini

Tak sedikitpun kau luput dari lamunan malamku
Kau adalah lelah yang selalu aku nikmati
Kau adalah kebosanan yang selalu aku nanti    
Kau adalah Api yang tak pernah padam

Senin, 06 Juni 2016

PULANG

"Aku tahu, kau tetap penasaran tentang banyak hal, karena kau dibesarkan dengan rasionalitas. Tapi saat kau tiba pada titik itu, maka kau akan mengerti dengan sendirinya. Itu perjalanan yang tidak mudah, Bujang. Kau harus mengalahkan banyak hal. Bukan musuh-musuhmu, tapi diri sendiri, menaklukkan monster yang ada di dirimu. Sejatinya, dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu. Kita cukup mengalahkan diri sendiri. Egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaan. Keraguan. Sekali kau bisa menang dalam pertempuran itu, maka pertempuran lainnya akan mudah saja.

“Aku tidak bisa melatihmu, Bujang. Tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Sekarang saatnya kau melatih diri sendiri dan menemukan jawaban dari dirimu sendiri. Hanya seorang samurai sejati yang tiba pada titik itu. Di titik ketika kau seolah bisa keluar dari tubuh sendiri, berdiri, menatap refleksi dirimu seperti sedang menatap cermin. Kau seperti bisa menyentuhnya, tersenyum takzim, menyaksikan betapa jernihnya kehidupan. Saat itu terjadi, kau telah pulang, Bujang. Pulang pada hakikat kehidupan. Pulang, memeluk erat semua kesedihan dan kegembiraan.”

(hal. 219). Lesson By Tere Liye

FLY

Jangan terbang tergesah-gesah
Kepakan sayap dengan perlahan
Tak perlu melesat dengan jauh
Baca mata angin dengan tepat

Nikmati dulu pemandangannya
Rasakan hembusan anginnya
Yang menyentuh inti hatimu
Sapa burung-burung yang melintas
       
Bila akhirnya kau tiba dititik puncak
Kau hanya perlu untuk belaku bijak
Agar tak jatuh dikala kau tak siap
Karena tak ada pundak untuk bersandar


-AL-

RangKaMu (Rangkaian Kata Mutiara)

Selasa, 31 Mei 2016

SENJA (Mandalawangi, Cibodas)


Senja pun enggan menampakan dirinya
Seaakan tau apa yang terjadi saat petang tiba kala itu
Aku yang hanya bisa menatap dalam harap
Bicara dengan isyarat angin sore
Tak bisakah aku melihatmu
Walau hanya dari kejauhan
Izinkan aku menikmati indahnya pesonamu
Pesona yang menetramkan hati saat mata memandang.

-Mutiara Alya-



Ketika sang surya menyapa
Itu tandanya sang pelita telah pergi
Ketika tetesan hujan telah datang
Pasti sang pelangi sudah menanti
Saat kaki tak sanggup melangkah lagi
Tibalah hati yang mampu menguatkan
Saat keterpurukan menghampiri
Lewatilah dengan keteguhan jiwa

-Mutiara Alya-

Kamis, 12 Mei 2016

Just Sharing

Lo pernah sedih sesedihnya terus lo ngerasa pengen banget nangis, tapi lo gabisa ngeluarin airmata.
Pernah nggak sih lo ngerasa pengen cerita, nyeritain semua masalah lo sama seseorang tanpa dia tau aib dari suatu cerita yang lo ceritain, tanpa dia ilfeel tentang apa yang lo ceritain, tanpa perlu nerima belas kasihan dr orang atas masalah yang sedang lo hadapin.
Lo juga pernah nggak sih sayang sekaligus benci sama orang yang sama.. dan ketika itupun lo bingung harus marah atau biasa aja kayak gaada masalah sama orang tersebut. Yang tambah bingungnya orang itu adalah orang yang sangat sangat lo cintai lo banggakan juga berarti dalam hiduplo karena dia pun udah ngejaga lo sampe sekarang ini.

Tapi sayang..
Semuanya gaada yang bisa gue lakuin sejauh ini. Cuma bisa nangis. Nangis tanpa airmata. Mau ceritapun sama siapa?? Belum nemuin orang yang pas buat gue ajak sharing. Atau mungkin gue yang terlalu malu menceritakan semua masalah-masalah gue dan akhirnya cuma gue pendem dalem hati, jadi penyakit hati sendiri, jadi uring-uringan sendiri, jadi nyiksa diri sendiri juga. Gue tau, gue sadar ko setiap orang hidup pasti selalu dihadapi oleh ribuan masalah, selesai masalah yang satu dateng lagi masalah yang lain. Begitu aja terus. Gue pun sangat sadar kalau masalah gue mungkin nggak seberapa dengan masalah orang-orang diluar sana dan mereka mampu menghadapinya. Gue juga paham Allah gaakan ngasih cobaan diluar batas kemampuan hambanya.

Masalah gue banyak. Tapi 1 masalah yang ganggu pikiran gue. Dan gue cuma apa? Cuma jadi penonton. Gue pengen jadi penengah buat mereka. Udah itu aja.

Dan pada akhirnya gue cuma bisa cerita lewat sebuah tulisan. Gue nyaman ngungkapin semuanya lewat tulisan. Gue harap semua ada hikmahnya. Gue harap bisa jadi bahan evaluasi diri, jadi bahan pembelajaran untuk kedepannya. Dan bisa saling sharing satu sama lain. 

Jumat, 06 Mei 2016

MALU SAMA ALLAH



Tidur kita terlalu panjang, terlalu nikmat. Tiada mau bangun malam, atau tiada memanjangkan malam.

Paginya kita jalani tanpa dhuha. Sekalinya dhuha, hanya syarat saja, 2 rakaat.

Kemudian kita diajak zakat dan sedekah, kita keluarkan sebatas yang menjadi syarat saja. Enggaan sepertinya mengeluarkan lebih buat Allah. Minimalis.

Kita jarang jamaah di masjid, yang karenanya suka hilang 4 macam shalat sunnah; shalat sunnah syukur wudhu, shalat sunnah tahiyyatul masjid, shalat sunnah qabliyah, dan shalat sunnah ba’diyah.

Rumah Allah itu masjid. Tapi kita seperti males bener masuk rumahnya Allah. Kalo giliran ke rumah orang penting, kita rela mencari tahu siapa yang bisa menjadi koneksi kita ke sana, dan kemudian rela menunggu berjam-jam hingga si orang penting ini keluar.

Tapi kalo ke rumah Allah? Udah suka pakai pakaian seadanya, juga lebih sering seperti orang buang hajat, kayak ga betah. Maunya buruburuuuuuu aja.

Hidup kita banyak sia-sianya. Padahal tahu bakalan mati, bakalan dihisab, bakalan ditanya, bakalan dikumpulkan di padang mahsyar, bakalan melewati titian jembatan shirothol mustaqim, bakal berhadapan dengan Allah Yang Maha Tahu. Atau tidak tau? Tapi masa iya?

Mungkin yang lebih tepat, tau, tapi ga mikirin kali. Masa engga tau bahwa yang hidup bakalan mati. Tapi oke lah, mungkin benar ga tau, mudah-mudahan sekarang jadi tau.

Repot bin susah jika hidup kita banyak sia-sianya, sedikit amal shalehnya, apalagi jika buanyaaak maksiatnya.

Maluuuuu sama yang sudah memberikan kita hidup dan kehidupan.

Kita tau kesehatan itu mahal. Untuk mencari kesembuhan kita ridho kehilangan semua harta kita, asal sehat, asal sembuh.

Sedangkan Allah adalah Tuhan yang menghidupkan kita, membuat kita lahir ke dunia ini, dan bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun sudah memberikan kita bukan hanya kesehatan, tapi juga rezeki yang lain.

Wajar kalau kemudian Allah SWT menyindir kita semua.
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmatAllah).”(QS.Ibrahim: 34)



Minggu, 10 April 2016

Sparring Partner "Break The Limit

Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan memberikan training di Bandung . Karena acara dimulai jam 13.00 maka saya berangkat dari Jakarta pukul 9.30. Ketika mulai memasuki tol ke arah Sadang, di belakang saya ada sebuah mobil Lexus berwarna hitam yang melaju dengan kecepatan tinggi. Tetapi yang saya suka walaupun ia melaju dengan kecepatan tinggi, ia tidak memaksakan kehendak.

Jika mobil di depannya tidak mau memberi jalan, maka ia yang mengalah dengan mengambil jalan ke kiri dahulu baru kemudian balik lagi ke jalur kanan.

Supaya tidak ngantuk karena saya menyetir sendirian dan tertarik dengan cara menyetir si mobil hitam ini, iseng-iseng saya membuntuti mobil tersebut dari belakang. Saya ikuti cara ia menyetir, termasuk kecepatannya. Ketika tidak ada mobil lain di tol, kecuali mobil tersebut dan mobil saya, mobil hitam tersebut menambah kecepatannya. Karena sedang membututi, tanpa sadar saya ikut menambah kecepatan mobil saya.

Ketika saya melihat panel kecepatan, menunjukkan angka 160 km/jam. Padahal selama ini, kecepatan tercepat yang pernah saya tempuh adalah 140 km/jam, saya tidak berani melaju diatas itu.

Tapi dengan adanya mobil yang saya ikuti, saya bisa tembus rekor kecepatan mobil saya. Sesuatu yang sulit saya lakukan jika tidak ada sparringnya.

Karena saya berhenti di suatu tempat, saya kehilangan mobil hitam tersebut. Ketika saya mulai memacu kendaraan lagi, saya coba untuk berlari 160 km/jam lagi. Saya berhasil mencapai kecepatan tersebut tetapi tidak berani terlalu lama karena belum terbiasa.

Ketika kemudian ada mobil lain lagi yang melaju dengan kecepatan tinggi dan saya buntuti, saya bisa masuk lagi ke 160 km/jam dengan durasi yang cukup lama.

Sama seperti kehidupan ini, seringkali kita merasa sudah maksimal melakukan sesuatu. Kita merasa tidak mungkin lagi melakukan sesuatu yang lebih baik lagi. Namun kalau kita mempunyai sparring partner yang lebih hebat dari kita, entah itu seorang atasan, seorang coach, seorang mentor, role model atau apapun, maka kita bisa terpacu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

Namun jika kita belum matang belajar dari sparring partner kita dan mencoba untuk mandiri, mungkin agak sulit bagi kita untuk terus berada di kondisi sama seperti ketika ada sparring partner. Nantinya jika kita sudah mempunyai pola dan terbiasa, barulah kita mulai bisa mandiri.

Robert Kiyosaki mengatakan bahwa PENGHASILAN SESEORG ditentukan 5 ORG TERDEKATNYA. Ilustrasi saya mengenai kecepatan mobil bisa menjelaskan pernyataan dari Robert Kiyosaki tersebut.

Jika orang-orang di dekat kita hanya biasa-biasa saja, maka sulit bagi kita untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Namun kalau kita biasa tetapi di sekeliling nya luar biasa, maka kita akan terpacu untuk juga menjadi luar biasa.

Apakah ada penjelasannya secara Science ???

Ternyata ada. Di dalam otak manusia ada sekumpulan sel syaraf yang disebut Mirror Neuron, yang bertugas meniru apa yang dilakukan oleh orang lain.

Jika di sekelilingnya orang hebat atau luar biasa, maka Mirror Neuron kita akan meniru mereka sehingga menjadikan kita juga hebat dan luar biasa. Kalau sebaliknya, maka Mirror Neuron-pun juga akan meniru yang sebaliknya.

– Siapa MOBIL HITAM yang akan anda ikuti agar bisa menembus kecepatan anda selama ini ???

– Siapa ORG HEBAT dan LUAR BIASA yang akan anda ikuti agar bisa menembus batas yang selama ini membatasi hidup anda ???

TEMUKAN ORG TSB, Ikuti, Berteman dan Pelajari bagaimana orang orang sukses ini memandang dirinya, bagaimana keyakinan dan nilai-nilai kehidupan yang ia pegang, bagaimana ia membangun kapabilitasnya, bagaimana tingkah lakunya, maka anda akan mendobrak batas yang selama ini membatasi hidup anda !!!

Selamat berpacu dalam kebaikan..

Semangat terus untuk menerangi dan menginspirasi banyak orang

Senin, 04 April 2016

KASIHAN



Tubuh kurus meringkuk dalam dingin
Beralaskan lembaran koran yang lusuh
Terlelap dalam kebisingan hirik pikuk kota
Tubuh yang kian menua kulit yang mengeriput

Tak ada yang menoleh sedikitpun padanya
Hanya berlalu kemudian pergi
Kata yang terlontar hanya ‘Kasihan’
Semua enggan untuk mengulurkan tangan

Dia yang hanya dapat bermimpi dalam tidurnya
Tentang esok hari yang nampak indah
Terbangun dalam ranjang mewah
Dalam sebuah gubuk yang megah

Namun sayang semua hanya sebatas bunga tidur
Esok hari yang tak seindah impian memudarkan khayalan
Menyadarkan saat hanyut dalam lamunan belaka
Bahwa hari ini dan esok akan berlalu tanpa ada yang berbeda



Jakarta, 3 Maret 2016

Jumat, 01 Januari 2016

Belum ada Judul

Padahal sudah jelas itu hanya mimpi, lalu kenapa dengan susah payah aku memikirkan itu benar atau tidak. Hampir saja aku tidak bisa membedakan mana mimpi dan mana kenyataan. Karena itu terlihat seperti sungguhan. Aku tak mengerti mengapa sudah 3 hari ini aku mempimpikan dirinya. Walau tak begitu jelas aku mengingat alur mimpiku, tapi wajahnya sangat jelas dalam ingatanku. Apa ini pertanda? Pertanda apa? Ada-ada saja aku ini, mana mungkin aku mempercayai hal-hal seperti itu. Lebih baik aku cepat kekamar mandi lalu berwudhu untuk sholat subuh, sebelum matahari menampakan sinarnya lebih terang lagi.

Kulihat dari balik jendela kamarku, oh tidak ternyata hujan. Kututup kembali jendela kamarku dan bibirku sudah siap untuk menggerutu. Mana bisa berangkat kuliah kalau sepagi ini saja sudah hujan, membuat orang malas beraktifitas saja. Sungguh menyebalkan tapi apa daya mau sederas apapun hujannya harus tetap berangkat. Karena kalau tidak absen ku bisa bertambah menjadi 5. Bagaimana tidak dalam 1 semester ini ada 7 kali pertemuan tapi aku sudah tidak masuk selama 4 kali. Yang pertama karena aku sakit, yang kedua aku izin pergi kewisuda bang Rio, ketiga aku izin pergi liburan ke kampung halaman nenek, dan yang keempat karena aku telat dan aku pasrahkan untuk tidak masuk kelas saja sekalian. Nggak mungkinkan masuk jam 8 aku baru hadir dikelas jam 10, itusih namanya ngajak perang dosen. Lagian cuma 2 sks doang kalau masuk baru duduk dosen sudah mengakhiri kuliahnya. Yasudah aku mengalah saja untuk tidak masuk. Nasip punya rumah jauh dari tempat kuliah. Sabar yaa Ray, jalanin aja, nikmatin, kan sudah jadi pilihan. Itulah salah satu slogan aku untuk menguatkan diri sendiri.

Bunda tidak pernah absen untuk menyiapkan sarapan dipagi hari, meskipun itu hanya nasi goreng ataupun segelas susu dan roti kalau dia tidak sempat memasak. Dan aku tidak pernah bisa menolak masakan bunda. Bunda memang paling tau apa yang disukai anak gadis satu-satunya ini.

"Rayaaa!" Seru bunda sambil menyiapkan roti caramel kesukaanku.

"Iyaa bun." Jawabku sambil menuruni anak tangga yang terbuat dari kayu.

"Ray, bangunin abang kamu tuh suruh sarapan bareng dulu. Kebiasaan deh abang kamu yang satu itu kalau lagi libur abis sholat langsung tidur lagi. Bukannya ngaji kayak Bang Renal tuh. Susah banget anak itu kalau dikasih tau yang bener. Coba deh..." .

Haduh ampun deh ibu-ibu kodratnya emang begitu kalau sudah ngomel-ngomel nggak ada habisnya. Belum sempat bunda melanjutkan ocehannya yang panjang dan bikin pusing kepala dipagi hari, ada kata-kata bunda yang tiba-tiba menghantui pikiranku "kalau lagi libur..." yap, tepat sekali Bang Rio libur? Dan itu artinya aku bisa minta anterin kekampus dong.

"Siap bunda!" Jawabku tiba-tiba yang memotong ocehan bunda.

Dengan hati riang aku dengan sigap mengambil langkah seribu. Dalam waktu beberapa detik aku sudah sampai didepan pintu kamar Bang Rio, langsung saja aku pencet bel yang dia pasangkan didepan pintunya itu. Aneh, atau apalah kerajinan mungkin apa kurang kerjaan kali bang Rio masang bel segala didepan kamar, alasannya di butuh ruang privasi yang cukup untuk bereksperimen didalam kamar yang sekaligus menjadi lab komputernya dia. Banyak alesan. Padahal sih nggak mau diganggu aja kalau lagi main game. Nggak paham deh sama jalan pikiran anak hukum yang sukanya main game.


Belum ada Judul

Padahal sudah jelas itu hanya mimpi, lalu kenapa dengan susah payah aku memikirkan itu benar atau tidak. Hampir saja aku tidak bisa membedakan mana mimpi dan mana kenyataan. Karena itu terlihat seperti sungguhan. Aku tak mengerti mengapa sudah 3 hari ini aku mempimpikan dirinya. Walau tak begitu jelas aku mengingat alur mimpiku, tapi wajahnya sangat jelas dalam ingatanku. Apa ini pertanda? Pertanda apa? Ada-ada saja aku ini, mana mungkin aku mempercayai hal-hal seperti itu. Lebih baik aku cepat kekamar mandi lalu berwudhu untuk sholat subuh, sebelum matahari menampakan sinarnya lebih terang lagi.

Kulihat dari balik jendela kamarku, oh tidak ternyata hujan. Kututup kembali jendela kamarku dan bibirku sudah siap untuk menggerutu. Mana bisa berangkat kuliah kalau sepagi ini saja sudah hujan, membuat orang malas beraktifitas saja. Sungguh menyebalkan tapi apa daya mau sederas apapun hujannya harus tetap berangkat. Karena kalau tidak absen ku bisa bertambah menjadi 5. Bagaimana tidak dalam 1 semester ini ada 7 kali pertemuan tapi aku sudah tidak masuk selama 4 kali. Yang pertama karena aku sakit, yang kedua aku izin pergi kewisuda bang Rio, ketiga aku izin pergi liburan ke kampung halaman nenek, dan yang keempat karena aku telat dan aku pasrahkan untuk tidak masuk kelas saja sekalian. Nggak mungkinkan masuk jam 8 aku baru hadir dikelas jam 10, itusih namanya ngajak perang dosen. Lagian cuma 2 sks doang kalau masuk baru duduk dosen sudah mengakhiri kuliahnya. Yasudah aku mengalah saja untuk tidak masuk. Nasip punya rumah jauh dari tempat kuliah. Sabar yaa Ray, jalanin aja, nikmatin, kan sudah jadi pilihan. Itulah salah satu slogan aku untuk menguatkan diri sendiri.

Bunda tidak pernah absen untuk menyiapkan sarapan dipagi hari, meskipun itu hanya nasi goreng ataupun segelas susu dan roti kalau dia tidak sempat memasak. Dan aku tidak pernah bisa menolak masakan bunda. Bunda memang paling tau apa yang disukai anak gadis satu-satunya ini.

"Rayaaa!" Seru bunda sambil menyiapkan roti caramel kesukaanku.

"Iyaa bun." Jawabku sambil menuruni anak tangga yang terbuat dari kayu.

"Ray, bangunin abang kamu tuh suruh sarapan bareng dulu. Kebiasaan deh abang kamu yang satu itu kalau lagi libur abis sholat langsung tidur lagi. Bukannya ngaji kayak Bang Renal tuh. Susah banget anak itu kalau dikasih tau yang bener. Coba deh..." .

Haduh ampun deh ibu-ibu kodratnya emang begitu kalau sudah ngomel-ngomel nggak ada habisnya. Belum sempat bunda melanjutkan ocehannya yang panjang dan bikin pusing kepala dipagi hari, ada kata-kata bunda yang tiba-tiba menghantui pikiranku "kalau lagi libur..." yap, tepat sekali Bang Rio libur? Dan itu artinya aku bisa minta anterin kekampus dong.

"Siap bunda!" Jawabku tiba-tiba yang memotong ocehan bunda.

Dengan hati riang aku dengan sigap mengambil langkah seribu. Dalam waktu beberapa detik aku sudah sampai didepan pintu kamar Bang Rio, langsung saja aku pencet bel yang dia pasangkan didepan pintunya itu. Aneh, atau apalah kerajinan mungkin apa kurang kerjaan kali bang Rio masang bel segala didepan kamar, alasannya di butuh ruang privasi yang cukup untuk bereksperimen didalam kamar yang sekaligus menjadi lab komputernya dia. Banyak alesan. Padahal sih nggak mau diganggu aja kalau lagi main game. Nggak paham deh sama jalan pikiran anak hukum yang sukanya main game.