Aku menyiksa diri dan hatiku sendiri. Aku yang memaksa diri untuk terus berjalan. Aku yang memaksa hati masuk terlalu dalam. Hingga akhirnya aku terjebak ditengah-tengah lautan emosi.
Terjebak dalam kenestapaan.
Aku harus bagaimana?
Berhentikah? Berbalik arah? Atau tetap melagkah?
Jika aku memilih berhenti, maka harus ada yang kupilih setelahnya.
Bila aku berbalik arah, aku harus siap malu, aku harus siap dicecar oleh sederet pertanyaan yang akan semakin mengingatkanku pada peristiwa itu, dan aku harus siap menerima setiap perlakuan yang tak sama lagi seperti dulu, karena akupun sadar semua tak akan sama lagi, semua telah berubah. Dan itu namanya kesalahan. Kesalahan terbodohku.
Dan bila aku memilih memaksa untuk tetap melangkah. Itu artinya aku harus siap berjalan tanpa alas kaki dibawah terik matahari, harus siap menangis tanpa airmata ditengah hujan, harus siap tersenyum dalam pedih, harus tetap tertawa dalam keterpurukan, harus rela mengalah, dan satu hal lagi aku harus rela bila akhirnya dipenghujung jalan nanti tak kudapati apa yang aku impikan. Walau dalam perjalanannya aku sudah bisa menduga kalau ini akan meyulitkan ku dan menghancurkan setiap keping hatiku. Tapi aku rela, jika itu membuatmu bahagia. Tertawa dan tersenyum ketika bersamaku. Karena inginku yang sederhana hanyalah itu. Kau bisa nyaman bersamaku. Masalah sakit hati ini biarlah aku yang merasakan dan mengatasinya. Kamu hanya cukup mengertinya saja.
-Teruntuk kamu yang mengisi hatiku dengan tawa yang dibalut luka-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar