Aku menyiksa diri dan hatiku sendiri. Aku yang memaksa diri untuk terus berjalan. Aku yang memaksa hati masuk terlalu dalam. Hingga akhirnya aku terjebak ditengah-tengah lautan emosi.
Terjebak dalam kenestapaan.
Aku harus bagaimana?
Berhentikah? Berbalik arah? Atau tetap melagkah?
Jika aku memilih berhenti, maka harus ada yang kupilih setelahnya.
Bila aku berbalik arah, aku harus siap malu, aku harus siap dicecar oleh sederet pertanyaan yang akan semakin mengingatkanku pada peristiwa itu, dan aku harus siap menerima setiap perlakuan yang tak sama lagi seperti dulu, karena akupun sadar semua tak akan sama lagi, semua telah berubah. Dan itu namanya kesalahan. Kesalahan terbodohku.
Dan bila aku memilih memaksa untuk tetap melangkah. Itu artinya aku harus siap berjalan tanpa alas kaki dibawah terik matahari, harus siap menangis tanpa airmata ditengah hujan, harus siap tersenyum dalam pedih, harus tetap tertawa dalam keterpurukan, harus rela mengalah, dan satu hal lagi aku harus rela bila akhirnya dipenghujung jalan nanti tak kudapati apa yang aku impikan. Walau dalam perjalanannya aku sudah bisa menduga kalau ini akan meyulitkan ku dan menghancurkan setiap keping hatiku. Tapi aku rela, jika itu membuatmu bahagia. Tertawa dan tersenyum ketika bersamaku. Karena inginku yang sederhana hanyalah itu. Kau bisa nyaman bersamaku. Masalah sakit hati ini biarlah aku yang merasakan dan mengatasinya. Kamu hanya cukup mengertinya saja.
-Teruntuk kamu yang mengisi hatiku dengan tawa yang dibalut luka-
sebuah kata kata yang sengaja dirangkai yang melatar belakangi kisah klasik perjalanan hidup seorang gadis yang memiliki segudang keinginan dan impian. ia curahkan melalui sebuah tulisan dengan harapan tulisannya bisa dibca oleh khalayak luas karena ia bermimpi ingin menjadi seorang penulis.
Kamis, 21 Juli 2016
Minggu, 10 Juli 2016
Ini sudah larut, Aku harus pulang
Aku tau aku yang salah
Dari awal aku yang mempersilahkan
Lantas aku pula yang terlalu tergesa gesa masuk
Kemudian berjalan nyaman terlalu jauh
Hingga pada akhirnya aku tersesat
Tak kutemukan jalan untuk kembali
Ruang ini terlalu gelap untuk ku melangkah
Aku tak bisa melihat jalan dengan jelas
Aku butuh sesuatu yang dapat menuntunku
Aku benar-benar terjebak
Aku terjebak dalam perjalananku sendiri
Terlalu sulit untuk mengakhirinya
Nyatanya ini terlalu menyakitkan
Hingga membuat sesak dadaku
Menjatuhkan butiran air mataku
Berikan aku ruang untuk memikirkan jalan kembali
Tanpa harus membawa rasa penyesalan
Tanpa harus menggoreskan luka dan tersakiti
Ini sudah larut, aku harus pulang
Dari awal aku yang mempersilahkan
Lantas aku pula yang terlalu tergesa gesa masuk
Kemudian berjalan nyaman terlalu jauh
Hingga pada akhirnya aku tersesat
Tak kutemukan jalan untuk kembali
Ruang ini terlalu gelap untuk ku melangkah
Aku tak bisa melihat jalan dengan jelas
Aku butuh sesuatu yang dapat menuntunku
Aku benar-benar terjebak
Aku terjebak dalam perjalananku sendiri
Terlalu sulit untuk mengakhirinya
Nyatanya ini terlalu menyakitkan
Hingga membuat sesak dadaku
Menjatuhkan butiran air mataku
Berikan aku ruang untuk memikirkan jalan kembali
Tanpa harus membawa rasa penyesalan
Tanpa harus menggoreskan luka dan tersakiti
Ini sudah larut, aku harus pulang
Minggu, 03 Juli 2016
Juni Telah Berlalu
Seperti langit setelah hujan
Kau adalah pelangi
Seperti langit setelah malam
Kau adalah mentari
Seperti lagit setelah senja
Kau adalah bintang
Hadir disaat yang tepat
Tepat saat bergantinya hari
Hari yang baru dengan cerita baru
Dan kau ada didalam ceritanya
Juni telah berlalu
Cerita kitapun tetap bersemi
Mengisi setiap lembaran-lembaran
Dan setiap barisnya masih tentangmu
Kau adalah pelangi
Seperti langit setelah malam
Kau adalah mentari
Seperti lagit setelah senja
Kau adalah bintang
Hadir disaat yang tepat
Tepat saat bergantinya hari
Hari yang baru dengan cerita baru
Dan kau ada didalam ceritanya
Juni telah berlalu
Cerita kitapun tetap bersemi
Mengisi setiap lembaran-lembaran
Dan setiap barisnya masih tentangmu
Langganan:
Komentar (Atom)