Selasa, 07 Agustus 2018

Semangat Berkurban Untuk Kesatuan Bangsa

Idul adha atau Idul Qurban ataupun lebaran haji adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah. Idul Adha merupakan salah satu hari raya terbesar bagi umat Islam selain Idul Fitri. Kedua hari raya Islam tersebut masing-masing memiliki moment istimewanya tersendiri. Pada saat Idul Fitri kita menikmati moment Ramadhan atau puasa maka pada Idul Adha kita merayakan moment berkurban. Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Berkurban memiliki sejarahnya tersendiri, yaitu dikisahkan pada sejarah Nabi Ismail A.S dan Ayahnya Nabi Ibrahim A.S. Dikisahkan nabi Ibrahim A.S yang sudah berumur tua namun belum juga mendapat keturunan, suatu ketika Allah SWT memberikan Nabi Ibrahim A.S seorang putra yang sholeh yaitu nabi Ismail A.S, demi menguji keimanan Nabi Ibrahim A.S kepada Allah SWT, maka di perintahkan Nabi Ibrahim A.S untuk menyembelih putra kesayangannya tersebut lewat mimpi. Diceritakan setelah Nabi Ismail tumbuh besar menjadi anak yang Sholeh. Ayahnya Nabi Ibrahim kembali ke tempat Nabi Ismail dibesarkan yaitu di Mekkah. Kemudian pada suatu hari Nabi Ibrahim mendapatkan sebuah mimpi tentang perintah untuk menyuruh menyembelih anaknya Ismail. Dengan rasa sedih dan berat hati, karena mimpi tersebut adalah perintah dari Allah Nabi Ibrahim akhirnya menceritakan mimpinya tersebut kepada Ismail. Setelah menceritakan mimpinya itu, Nabi Ismail justru senang dan mengatakan kepada Nabi Ibrahim untuk segera melaksanakan mimpinya itu yang dimana mimpi tersebut adalah perintah dari Allah SWT. Namun disaat itu datanglah setan menggoda Nabi Ibrahim A.S, Nabi Ismail A.S, dan istrinya untuk tidak melakukan perintah Allah SWT tersebut. Tapi Nabi Ibrahim A.S dan keluarganya tidak tergoda akan bisikan setan dan melemparnya dengan batu kerikil dan sekarang peristiwa ini dalam Ibadah Haji disebut lempar jumrah.

Akhirnya nabi Ibrahim A.S dan nabi Ismail A.S pergi menuju puncak gunung, lalu dilaksanakanlah perintah Allah SWT tersebut dengan rasa Ikhlas. Namun ketika pisau tajam menempel pada leher Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim bersiap menyembelihnya, dengan kuasa Allah SWT, Allah mengganti Nabi Ismail dengan sebuah Qibas yang sangat gemuk dan sehat. Maka dari itulah sejarahnya Berkurban pada Hari Raya Idul Adha. Maka berkurban mengingatkan kita kembali pada peristiwa tersebut dimana Nabi Ibrahim yang diuji Imannya untuk menyembelih anaknya sendiri.

Dan ditengah situasi bangsa Indonesia saat ini yang sedang diuji letak nilai-nilai, keimanan dan ketakwaan umat Islam yang memiliki kelebihan hartanya demi menegakan ajaran dan syariat Islam serta demi membantu umat muslim lainnya. Dan dimoment inilah akan dilihat sejauh mana kualitas keimanan dan keagamaan umat Islam dalam menjalankan ibadahnya secara vertikal (habluminallah) dan horizontal (habluminannas), akan teruji dalam ritual ibadah Qurban, untuk lebih memperhatikan kaum fakir miskin, dhuafa dan umat yang lainnya.
Karena itulah dengan melalui hari Raya Idul Adha umat Islam sangat dianjurkan untuk melakukan Ibadah Qurban. Dalam surat Al- Kautsar ayat 2 telah dijelaskan 
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah“. Ayat diatas menjelaskan kepada seluruh pemeluk agama Islam, terutama bagi mereka yang secara finansial mempunyai kelebihan harta dan kekayaan, untuk membeli hewan ternak, agar dikurbankan sebagai bentuk keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Ibadah Qurban sejatinya memiliki nilai yang sangat penting, tidak hanya untuk kepentingan pribadi tapi juga berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini diharapkan dalam pelaksanaan perayaan Idul Qurban kita dapat mengetahui pesan yang terkadung dalam sebuah perayaan Qurban, yaitu dimana dalam perayaan Qurban ini dapat mewujudkan keseimbangan sosial, dapat memberikan dampak positif untuk pribadi juga untuk masyarakat sekitar. Karena seringkali pula kita merayakan Idul Qurban tanpa mengetahui makna sebenarnya dari berqurban, yang terkadang hanya dijadikan sebagai kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya atau bahkan hanya untuk berbuat ria karena tidak mau kalah dengan orang lain yang juga sama-sama berqurban.

Ibadah qurban juga relevan dalam mewujudkan persatuan bangsa apabila kita benar-benar menghayati makna berqurban. Dalam moment ini seperti yang telah dikisahkan dalam sejarah Nabi Ibrahim bahwasanya keimanan dan ketaqwaan kita sedang diuji untuk bisa saling mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan khalayak luas, juga agar bersedia mengorbankan rasa egoisme kita. Selain meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Illahi, dan berbagi kebahagiaan kepada sesama perayaan Idul Qurban juga dapat mempererat tali silaturahmi kita kepada saudara sebangsa, sesama juga kepada umat lintas agama.

Pada tahun ini perayaan Idul Adha atau Idul Qurban jatuh berdekatan pada perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia. Dan ini menjadi moment yang tepat untuk bisa semakin menguatkan semangat kebangsaan dan menguatkan persatuan. Tentunya kita harus terus mengupgrade tingkat keimanan kita salah satunya dengan cara berqurban, berbagi keberkahan pada fakir miskin, dhuafa, dan umat yang lainnya. Karena tidak hanya sekedar berqurban dan membagi-bagikan daging hasil sembelihan hewan qurban tapi kita juga harus berqurban secara lahiriah dan batiniah dalam membangun solidaritas kebangsaan antar agama, suku, ras, dan budaya serta dapat menebarkan kebahagiaan untuk orang lain, meningkatkan rasa kepedulian sosial, bahu-membahu membantu dalam pelaksanaan perayaan Idul Qurban baik terlibat dalam sebuah kepanitiaan atau sebagai orang yang berqurban. Sekecil apapun itu kalau niat kita Lillah, Allah akan menghitungnya sebagai amal sholeh untuk kita yang menginginkan terwujudnya persatuan bangsa juga agama. Karena Berqurban tidak hanya soal ibadah manusia dengan Tuhannya tetapi memiliki efek sosial kepada masyarakat luas.

Di Indonesia sendiri masih dihadapi pada peristiwa dan persoalan yang dapat memecah belah persatuan bangsa. Banyak amcaman-ancaman yang dialami oleh bangsa Indonesia seperti ancaman terorisme, intoleransi, penyebaran paham radikalisme dan ancaman lainnya. Akibatnya karakter bangsa Indonesia ini menjadi tercoreng. Tidak ada lagi sikap toleransi dan yang ada hanya sikap yang ingin menag sendiri, sikap saling membenci serta meledakan diri yang mengatasanamakan jihad agama. Maka mari kita semua untuk berkurban untuk tidak menaruh rasa benci, tidak menyebarkan fitnah, berkurban untuk tidak menimbulkan permusuhan antar sesama dan sebangsa agar kita bisa bersama-sama mewujudkan berkurban dalam membangun kesatuan bangsa Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur.
Maka hakikat berkurban dalam Hari Raya Idul Adha adalah bahwa kita harus kembali kepada tujuan hidup kita yaitu beribadah kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya manusia, hewan, dan jin adalah makhluk ciptaan Allah untuk beribadah kepada-NYA. Sebagaimana ujian Allah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, hikmahnya dari semua peristiwa Qurban yaitu untuk mendapatkan Ridha Allah SWT atas semua perintah-NYA salah satunya dengan berqurban, yang mana perintah tersebut harus kita jalankan dengan ikhlas. Dengan begitu kita merelakan sebagian harta kita untuk hak orang lain yang menjadi bagian dari rezeki yang kita peroleh.

Dari kesimpulan yang dapat kita tarik dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah bahwa dengan berkurban dapat mendekatkan diri kita kepada Sang Pencipta. Dengan berkurban berarti kita sebagai manusia bersungguh-sungguh berserah diri atas segalanya kepada Allah. Dengan cara berkurban juga manusia diajarkan untuk saling berbagi kepada umat muslim lain, maka mereka yang tidak bisa berkurban dapat merasakan dan merayakan nikmat indahnya Hari Raya Idul Adha. Berkurban dengan hati yang ikhlas dapat menjauhkan kita dari sifat rakus akan harta yang kita miliki selama didunia, dan yang harus kita pahami juga bahwa sebagian dari harta atau rizki kita ada pula hak orang lain. Jangan pernah takut miskin karena kita berkurban, dan orang yang kurang mampu belum tentu juga selamanya ia tidak mampu untuk berkurban. Selama kita berniat ada kamauan untuk berkurban maka Allah akan selalu memudahkan jalan umatnya untuk mewujudkannya. Dengan begitu semangat berkurban untuk kesatuan bangsa akan terus meningkat dan terwujud.

Minggu, 27 November 2016

Kembali Pulang

Ada hal yang tak bisa diungkapkan dengan kata
Ada kata yang tak bisa mewakili setiap perasaan
Perasaan itu saat aku bersamamu, bersama kalian
Saat ku berada disini, ditempat ini
Ada rasa yang sulit aku gambarkan kenyamanannya

Andai kau adalah hujan
Aku akan menjadi pelanginya
Andai kau adalah bumi
Aku akan menjadi mentarinya

Aku ingin mewarnai dunia bersamamu
Aku ingin menggapai bintang bersamamu
Saat kau terjatuh, pakai pundakku untukmu bersandar
Jangan merasa kau sendiri dan bersedih
Karena akan ada aku, kamu, dan kita
Aku ingin menjadi teman seperti apa yang kita harapkan

Hal yang tidak bisa dibayangkan
Dimana salah satu tempat yang membuatku nyaman tanpa syarat
Memori indah dan duka ku rasakan sepenuhnya ditempat ini
Kenangan yang tidak akan bisa kulupakan seutuhnya

Karena kita adalah keluarga
Kata indah dan penuh makna
Dan karena cinta kita tau kemana arah kembali pulang.......



Created: Mutiara dan Istianah

Selasa, 25 Oktober 2016

Dua Orang

Kita adalah dua orang yang saling menyayangi, dua orang yang saling peduli, dua orang yang saling menjaga, dua orang yang saling membutuhkan, dua orang yang saling melengkapi, dua orang yang saling menyemangati, dua orang yang saling membahagiakan satu sama lain, dua orang yang dengan sabar menghadapi tingkah laku satu sama lain, dua orang yang sedang berusaha untuk saling memahami, dua orang yang mencoba untuk sama-sama menerima kekurangan dan kelebihan, dua orang yang menemani disaat suka ataupun duka.

Namun kita juga dua orang yang berbeda, dua orang yang keras kepala, dua orang yang memiliki keinginan berbeda, dua orang yang selalu berdebat, dua orang yang memiliki sifat yang bertolak belakang, dua orang yang berbeda suku, dua orang yang berbeda kesibukan aktifitas, dua orang yang memiliki gengsi tinggi, dua orang yang tak mau mengalah, dua orang yang selalu ingin menang, dan dua orang yang saling menyakiti satu sama lain.

Entah penyebab yang mankah yang membuat kita menjadi dua orang yang saling menyakiti.

Ini hati bukan bola yang bisa dimainin, bukan bola yang bisa dioper kesana kesini, bukan bola yang bisa ditendang, bukan pula bola yang bisa dilempar dari ketinggian lalu kemudian jatuh.
Kita memilih untuk berpisah, mengakhiri perjalanan yang seharusnya masih bisa diperbaiki tanpa ada rasa gengsi. Kita tau kita masih ingin berpegangan satu sama lain, kita sadar kita masih saling menyayangi. Kita tau dan sadar namun yang dilakukan hanya diam. Memberikan penjelasan seadanya, tak ada kejujuran yang terungkap dengan terang. Kita berpisah dijalanan yang gelap, kau entah berjalan kearah mana, dan aku entah berjalan kemana. Kita tak saling mengetahui kemanan kaki kita melangkah, kita hanya mengikuti ego, bukan rasa. Logika yang tak pernah dianggap kini muncul perlahan mencoba menerka-nerka apa ini adalah sebuah keputusan yang benar untuk kita berdua?

Semoga suatu saat nanti, cepat atau lambat kita akan mengetahui jawabannya setelah kita sama-sama bisa berdamai dengan hati kita. Mengikhlaskan semua kenangan yang pernah terukir terkubur bersama serpihan hati yang tersakiti untuk dapat membuka lembaran baru dengan hati yang damai. Semoga kau bahagia dengan dia yang menjadi pilihanmu, dan aku pun begitu bahagia dengan seseorang yang memilihku sebagai pendampingnya. Ini adalah harapanku yang terakhir, semoga kita tak perlu saling membenci, tetap menjalin hubungan pertemanan dengan baik.

Sabtu, 22 Oktober 2016

"Kita itu Seperti"

Kita itu seperti
Seperti bintang dan matahari
Saling melengkapi tapi tak pernah bersama


Kita itu seperti
Seperti siang dan malam
Saling memahami tapi tak pernah dipersatukan

Kita itu seperti
Seperti bunga mawar dan duri
Indah namun bisa menyakitkan

Seperti itulah kita    



-AL-

Kamis, 21 Juli 2016

Berhenti? Berbalik arah? atau Terus melangkah?

Aku menyiksa diri dan hatiku sendiri. Aku yang memaksa diri untuk terus berjalan. Aku yang memaksa hati masuk terlalu dalam. Hingga akhirnya aku terjebak ditengah-tengah lautan emosi.
Terjebak dalam kenestapaan.
Aku harus bagaimana?
Berhentikah? Berbalik arah? Atau tetap melagkah?

Jika aku memilih berhenti, maka harus ada yang kupilih setelahnya.
Bila aku berbalik arah, aku harus siap malu, aku harus siap dicecar oleh sederet pertanyaan yang akan semakin mengingatkanku pada peristiwa itu, dan aku harus siap menerima setiap perlakuan yang tak sama lagi seperti dulu, karena akupun sadar semua tak akan sama lagi, semua telah berubah. Dan itu namanya kesalahan. Kesalahan terbodohku.

Dan bila aku memilih memaksa untuk tetap melangkah. Itu artinya aku harus siap berjalan tanpa alas kaki dibawah terik matahari, harus siap menangis tanpa airmata ditengah hujan, harus siap tersenyum dalam pedih, harus tetap tertawa dalam keterpurukan, harus rela mengalah, dan satu hal lagi aku harus rela bila akhirnya dipenghujung jalan nanti tak kudapati apa yang aku impikan. Walau dalam perjalanannya aku sudah bisa menduga kalau ini akan meyulitkan ku dan menghancurkan setiap keping hatiku. Tapi aku rela, jika itu membuatmu bahagia. Tertawa dan tersenyum ketika bersamaku. Karena inginku yang sederhana hanyalah itu. Kau bisa nyaman bersamaku. Masalah sakit hati ini biarlah aku yang merasakan dan mengatasinya. Kamu hanya cukup mengertinya saja.


-Teruntuk kamu yang mengisi hatiku dengan tawa yang dibalut luka-

Minggu, 10 Juli 2016

Ini sudah larut, Aku harus pulang

Aku tau aku yang salah
Dari awal aku yang mempersilahkan
Lantas aku pula yang terlalu tergesa gesa masuk
Kemudian berjalan nyaman terlalu jauh
Hingga pada akhirnya aku tersesat
Tak kutemukan jalan untuk kembali

Ruang ini terlalu gelap untuk ku melangkah
Aku tak bisa melihat jalan dengan jelas
Aku butuh sesuatu yang dapat menuntunku
Aku benar-benar terjebak

Aku terjebak dalam perjalananku sendiri
Terlalu sulit untuk mengakhirinya
Nyatanya ini terlalu menyakitkan
Hingga membuat sesak dadaku
Menjatuhkan butiran air mataku

Berikan aku ruang untuk memikirkan jalan kembali
Tanpa harus membawa rasa penyesalan
Tanpa harus menggoreskan luka dan tersakiti
Ini sudah larut, aku harus pulang


Minggu, 03 Juli 2016

Juni Telah Berlalu

Seperti langit setelah hujan
Kau adalah pelangi
Seperti langit setelah malam
Kau adalah mentari
Seperti lagit setelah senja
Kau adalah bintang

Hadir disaat yang tepat
Tepat saat bergantinya hari
Hari yang baru dengan cerita baru
Dan kau ada didalam ceritanya

Juni telah berlalu
Cerita kitapun tetap bersemi
Mengisi setiap lembaran-lembaran
Dan setiap barisnya masih tentangmu