Selasa, 25 Oktober 2016

Dua Orang

Kita adalah dua orang yang saling menyayangi, dua orang yang saling peduli, dua orang yang saling menjaga, dua orang yang saling membutuhkan, dua orang yang saling melengkapi, dua orang yang saling menyemangati, dua orang yang saling membahagiakan satu sama lain, dua orang yang dengan sabar menghadapi tingkah laku satu sama lain, dua orang yang sedang berusaha untuk saling memahami, dua orang yang mencoba untuk sama-sama menerima kekurangan dan kelebihan, dua orang yang menemani disaat suka ataupun duka.

Namun kita juga dua orang yang berbeda, dua orang yang keras kepala, dua orang yang memiliki keinginan berbeda, dua orang yang selalu berdebat, dua orang yang memiliki sifat yang bertolak belakang, dua orang yang berbeda suku, dua orang yang berbeda kesibukan aktifitas, dua orang yang memiliki gengsi tinggi, dua orang yang tak mau mengalah, dua orang yang selalu ingin menang, dan dua orang yang saling menyakiti satu sama lain.

Entah penyebab yang mankah yang membuat kita menjadi dua orang yang saling menyakiti.

Ini hati bukan bola yang bisa dimainin, bukan bola yang bisa dioper kesana kesini, bukan bola yang bisa ditendang, bukan pula bola yang bisa dilempar dari ketinggian lalu kemudian jatuh.
Kita memilih untuk berpisah, mengakhiri perjalanan yang seharusnya masih bisa diperbaiki tanpa ada rasa gengsi. Kita tau kita masih ingin berpegangan satu sama lain, kita sadar kita masih saling menyayangi. Kita tau dan sadar namun yang dilakukan hanya diam. Memberikan penjelasan seadanya, tak ada kejujuran yang terungkap dengan terang. Kita berpisah dijalanan yang gelap, kau entah berjalan kearah mana, dan aku entah berjalan kemana. Kita tak saling mengetahui kemanan kaki kita melangkah, kita hanya mengikuti ego, bukan rasa. Logika yang tak pernah dianggap kini muncul perlahan mencoba menerka-nerka apa ini adalah sebuah keputusan yang benar untuk kita berdua?

Semoga suatu saat nanti, cepat atau lambat kita akan mengetahui jawabannya setelah kita sama-sama bisa berdamai dengan hati kita. Mengikhlaskan semua kenangan yang pernah terukir terkubur bersama serpihan hati yang tersakiti untuk dapat membuka lembaran baru dengan hati yang damai. Semoga kau bahagia dengan dia yang menjadi pilihanmu, dan aku pun begitu bahagia dengan seseorang yang memilihku sebagai pendampingnya. Ini adalah harapanku yang terakhir, semoga kita tak perlu saling membenci, tetap menjalin hubungan pertemanan dengan baik.

Sabtu, 22 Oktober 2016

"Kita itu Seperti"

Kita itu seperti
Seperti bintang dan matahari
Saling melengkapi tapi tak pernah bersama


Kita itu seperti
Seperti siang dan malam
Saling memahami tapi tak pernah dipersatukan

Kita itu seperti
Seperti bunga mawar dan duri
Indah namun bisa menyakitkan

Seperti itulah kita    



-AL-