Selasa, 31 Mei 2016

SENJA (Mandalawangi, Cibodas)


Senja pun enggan menampakan dirinya
Seaakan tau apa yang terjadi saat petang tiba kala itu
Aku yang hanya bisa menatap dalam harap
Bicara dengan isyarat angin sore
Tak bisakah aku melihatmu
Walau hanya dari kejauhan
Izinkan aku menikmati indahnya pesonamu
Pesona yang menetramkan hati saat mata memandang.

-Mutiara Alya-



Ketika sang surya menyapa
Itu tandanya sang pelita telah pergi
Ketika tetesan hujan telah datang
Pasti sang pelangi sudah menanti
Saat kaki tak sanggup melangkah lagi
Tibalah hati yang mampu menguatkan
Saat keterpurukan menghampiri
Lewatilah dengan keteguhan jiwa

-Mutiara Alya-

Kamis, 12 Mei 2016

Just Sharing

Lo pernah sedih sesedihnya terus lo ngerasa pengen banget nangis, tapi lo gabisa ngeluarin airmata.
Pernah nggak sih lo ngerasa pengen cerita, nyeritain semua masalah lo sama seseorang tanpa dia tau aib dari suatu cerita yang lo ceritain, tanpa dia ilfeel tentang apa yang lo ceritain, tanpa perlu nerima belas kasihan dr orang atas masalah yang sedang lo hadapin.
Lo juga pernah nggak sih sayang sekaligus benci sama orang yang sama.. dan ketika itupun lo bingung harus marah atau biasa aja kayak gaada masalah sama orang tersebut. Yang tambah bingungnya orang itu adalah orang yang sangat sangat lo cintai lo banggakan juga berarti dalam hiduplo karena dia pun udah ngejaga lo sampe sekarang ini.

Tapi sayang..
Semuanya gaada yang bisa gue lakuin sejauh ini. Cuma bisa nangis. Nangis tanpa airmata. Mau ceritapun sama siapa?? Belum nemuin orang yang pas buat gue ajak sharing. Atau mungkin gue yang terlalu malu menceritakan semua masalah-masalah gue dan akhirnya cuma gue pendem dalem hati, jadi penyakit hati sendiri, jadi uring-uringan sendiri, jadi nyiksa diri sendiri juga. Gue tau, gue sadar ko setiap orang hidup pasti selalu dihadapi oleh ribuan masalah, selesai masalah yang satu dateng lagi masalah yang lain. Begitu aja terus. Gue pun sangat sadar kalau masalah gue mungkin nggak seberapa dengan masalah orang-orang diluar sana dan mereka mampu menghadapinya. Gue juga paham Allah gaakan ngasih cobaan diluar batas kemampuan hambanya.

Masalah gue banyak. Tapi 1 masalah yang ganggu pikiran gue. Dan gue cuma apa? Cuma jadi penonton. Gue pengen jadi penengah buat mereka. Udah itu aja.

Dan pada akhirnya gue cuma bisa cerita lewat sebuah tulisan. Gue nyaman ngungkapin semuanya lewat tulisan. Gue harap semua ada hikmahnya. Gue harap bisa jadi bahan evaluasi diri, jadi bahan pembelajaran untuk kedepannya. Dan bisa saling sharing satu sama lain. 

Jumat, 06 Mei 2016

MALU SAMA ALLAH



Tidur kita terlalu panjang, terlalu nikmat. Tiada mau bangun malam, atau tiada memanjangkan malam.

Paginya kita jalani tanpa dhuha. Sekalinya dhuha, hanya syarat saja, 2 rakaat.

Kemudian kita diajak zakat dan sedekah, kita keluarkan sebatas yang menjadi syarat saja. Enggaan sepertinya mengeluarkan lebih buat Allah. Minimalis.

Kita jarang jamaah di masjid, yang karenanya suka hilang 4 macam shalat sunnah; shalat sunnah syukur wudhu, shalat sunnah tahiyyatul masjid, shalat sunnah qabliyah, dan shalat sunnah ba’diyah.

Rumah Allah itu masjid. Tapi kita seperti males bener masuk rumahnya Allah. Kalo giliran ke rumah orang penting, kita rela mencari tahu siapa yang bisa menjadi koneksi kita ke sana, dan kemudian rela menunggu berjam-jam hingga si orang penting ini keluar.

Tapi kalo ke rumah Allah? Udah suka pakai pakaian seadanya, juga lebih sering seperti orang buang hajat, kayak ga betah. Maunya buruburuuuuuu aja.

Hidup kita banyak sia-sianya. Padahal tahu bakalan mati, bakalan dihisab, bakalan ditanya, bakalan dikumpulkan di padang mahsyar, bakalan melewati titian jembatan shirothol mustaqim, bakal berhadapan dengan Allah Yang Maha Tahu. Atau tidak tau? Tapi masa iya?

Mungkin yang lebih tepat, tau, tapi ga mikirin kali. Masa engga tau bahwa yang hidup bakalan mati. Tapi oke lah, mungkin benar ga tau, mudah-mudahan sekarang jadi tau.

Repot bin susah jika hidup kita banyak sia-sianya, sedikit amal shalehnya, apalagi jika buanyaaak maksiatnya.

Maluuuuu sama yang sudah memberikan kita hidup dan kehidupan.

Kita tau kesehatan itu mahal. Untuk mencari kesembuhan kita ridho kehilangan semua harta kita, asal sehat, asal sembuh.

Sedangkan Allah adalah Tuhan yang menghidupkan kita, membuat kita lahir ke dunia ini, dan bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun sudah memberikan kita bukan hanya kesehatan, tapi juga rezeki yang lain.

Wajar kalau kemudian Allah SWT menyindir kita semua.
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmatAllah).”(QS.Ibrahim: 34)